Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa timbulnya kerajaan- kerajaan Islam didorong oleh maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia, dan Tiongkok. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan wilayah pusat pemerintahannya, yaitu di Sumatra, Jawa, Maluku, dan Sulawesi. Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-13 sampai dengan abad ke-16. Berikut beberapa kerajaan islam di indonesia.1. Kerajaan Samudra PasaiKerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, didirikan oleh Malik As-Saleh. Kerajaan ini terletak di Lhok Seumawe Aceh Utara. Wilayahnya sangat strategis karena berada di daerah Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan dan pelayaran internasional. Pada masa pemerintahan Malik As-Saleh, Kerajaan Samudra Pasai berkembang menjadi bandar-bandar pelabuhan besar yang banyak didatangi oleh pedagang dari berbagai daerah, seperti India, Gujarat, Arab, dan Cina. Dalam perkembangannya setelah Malik As-Saleh wafat pada 1927, kegiatan pemerintahan dilanjutkan oleh putranya, yaitu Sultan Muhamad Malik Al-Taher (1927 – 1326), Sultan Ahmad, dan Sultan Zainul Abidin.2. Kerajaan MalakaPendiri Kerajaan Malaka adalah Paramisora atau Iskandar Syah. Kerajaan ini letaknya berhadapan dengan Selat Malaka sehingga sangat strategis sebagai jalur perdagangan dan pelayaran. Karena letaknya tersebut, kerajaan ini sering kali menjadi tempat persinggahan para pedagang Islam yang berasal dari berbagai negara. Selain Iskandar Syah, terdapat beberapa raja yang sempat memimpin Kerajaan Malaka, di antaranya sebagai berikut.a. Muhammad Iskandar Syah yang berkuasa pada 1414-1424.b. Sultan Mudzafat Syah dan Sultan Mansur Syah yang berkuasa pada 1458-1477.c. Sultan Alaudin Syah yang berkuasa pada 1477-1488.d. Sultan Mahmud Syah yang berkuasa pada 1488-1511.Kerajaan Malaka banyak dikunjungi oleh para pedagang dari Gujarat, Cina, Arab, Persia, dan negara lainnya sehingga kerajaan ini memanfaatkannya untuk meningkatkan kegiatan ekonominya. Karena kemajuannya dalam perdagangan, Kerajaan Malaka mampu mengalahkan kemajuan Kerajaan Samudra Pasai.3. Kerajaan DemakKerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Raden Patah (bergelar Alam Akbar Al Fattah) adalah putra Raja Majapahit Brawijaya, dengan ibu keturunan Champa (daerah yang sekarang perbatasan dengan Kamboja dan Vietnam). Pada awal abad ke-14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming mengirimkan seorang putri kepada Brawijaya di Kerajaan Majapahit sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapatkan tempat istimewa di hati raja. Raja Brawijaya sangat tunduk pada semua kemauan sang putri jelita, yang nantinya membawa banyak pertentangan dalam istana Majapahit.Raja Brawijaya sudah memiliki permasuri yang berasal dari Champa, masih kerabat Raja Champa dan memiliki julukan Ratu Ayu Kencono Wungu. Makamnya saat ini ada di Trowulan, Mojokerto. Sang permaisuri memiliki ketidakcocokan dengan putri pemberian Kaisar Yan Lu. Akhirnya, Raja Brawijaya dengan berat hati harus menyingkirkan putri cantik ini dari Majapahit. Dalam keadaan mengandung, putri cantik itu dihibahkan oleh Raja Brawijaya kepada Adipati Palembang, Arya Sedamar. Di sanalah Jim-Bun atau Raden Patah dilahirkan. Dari Arya Sedamar, putri ini memiliki seorang anak laki laki. Dengan kata lain Raden Patah memiliki adik laki laki seibu, tetapi berbeda ayah. Setelah memasuki usia belasan tahun, Raden Patah, bersama adiknya, dan diantar ibunya berlayar ke Pulau Jawa untuk belajar di Ampel Denta. Raden Patah mendarat di pelabuhan Tuban sekitar tahun 1419 Masehi. Jim-Bun atau Raden Patah sempat tinggal beberapa lama di Ampel Denta di rumah pamannya, kakak-misan ibunya. Sunan Ampel juga bersama para saudagar besar Muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari rekan-rekan utusan Kaisar Cina, Panglima Cheng Ho atau juga dikenal sebagai Dampu-awang atau Sam Poo Tai-jin. Panglima berasal dari Xin-Kiang, pengenal Islam.Saat itu pengaruh Majapahit telah memudar, dan wilayahnya hanya sebagian kecil Jawa Timur. Raden Patah meninggal tahun 1518, dan digantikan oleh menantunya, Pati Unus. Pada tahun 1521, Pati Unus memimpin penyerbuan ke Malaka melawan pendudukan Portugis. Pati Unus gugur dalam pertempuran ini, dan digantikan oleh adik iparnya, Sultan Trenggono.Pada saat Kerajaan Majapahit mengalami masa surut, secara praktis wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Wilayah - wilayah yang terbagi menjadi kadipaten-kadipaten tersebut saling serang, saling mengklaim sebagai ahli waris takhta Majapahit. Pada masa itu, arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati, yaitu Raden Patah dan Ki Ageng Pengging. Sementara, Raden Patah mendapat dukungan dari Walisongo, Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syech Siti Jenar.Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan Nusantara. Pati Unus adalah seorang raja yang memimpikan kembalinya kejayaan Majapahit melalui Demak. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kesultanan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Dengan adanya Portugis di Malaka, kehancuran pelabuhan-pelabuhan Nusantara tinggal menunggu waktu.Sultan Trenggono berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah Sultan Trenggono, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Pulau Jawa (1527, 1546). Panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatra), yang juga menjadi menantu Sultan Trenggono. Sultan Trenggono meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto.Kepemimipinan Sunan Prawoto tidak mulus. Sunan Prawoto ditentang oleh adik Sultan Trenggono, Pangeran Seda Lepen. Pangeran Seda Lepen terbunuh, dan akhirnya pada tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh suruhan Arya Penangsang, putra Pangeran Seda Lepen.Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa takhta Demak. Suruhan Arya Penangsang juga membunuh Adipati Jepara, ini menyebabkan banyak adipati memusuhi Arya Penangsang. Arya Penangsang akhirnya dihabisi oleh pasukan Joko Tingkir, menantu Sunan Prawoto. Joko tingkir memindahkan istana Demak ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kesultanan Pajang.4. Kerajaan Mataram IslamKerajaan Mataram Islam berdiri berkat perjuangan dari Ki Ageng Pemanahan yang meninggal pada 1575. Setelah meninggal, digantikan oleh anaknya, yaitu Sutawijaya yang lebih dikenal dengan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah. Pada masanya, Kerajaan Mataram terus berkembang dan menjadi kerajaan terbesar di Jawa. Wilayahnya berkembang seputar Jawa Tengah, Jawa Timur, Cirebon, dan sebagian Priangan.Setelah meninggal pada tahun 1601, Sutawijaya digantikan oleh Mas Jolang atau Panembahan Seda Ing Krapyak (1601-1613). Selanjutnya, diteruskan oleh anak Mas Jolang yaitu Raden Mas Martapura karena sering sakit-sakitan, Raden Mas Martapura digantikan oleh anak Mas Jolang yang lain, yaitu Raden Mas Rangsang yang dikenal dengan nama Sultan Agung (1613-1645). Pada masa Sultan Agung inilah Mataram mengalami puncak kejayaan.Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Mataram terpecah belah sehingga berubah menjadi kerajaan kecil. Perpecahan disebabkan adanya gejolak politik di daerah-daerah kekuasaan Mataram dan peran serta VOC dan penguasa Belanda yang menginginkan menguasai tanah Jawa.Dalam Perjanjian Giyanti (1755) disebutkan bahwa wilayah Mataram dibagi menjadi dua wilayah kerajaan sebagai berikut.a. Daerah Kesultanan Yogyakarta yang disebut Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Mangkubumi sebagai rajanya dan bergelar Hamengkubuwono.b. Daerah Kasuhunan Surakarta yang diperintah oleh Pakubuwono.Akibat Perjanjian Salatiga peranan Belanda dalam pemerintahan Mataram semakin jauh sehingga pada 1913 Mataram akhirnya terpecah menjadi empat keluarga raja yang masing-masing memiliki kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran.5. Kerajaan CirebonKerajaan ini lahir pada abad ke-16. Pada abad tersebut, daerah Cirebon berkembang menjadi pelabuhan yang ramai dan menjadi salah satu pusat perdagangan di pantai utara Jawa Barat. Majunya kegiatan perdagangan juga mendorong proses islamisasi semakin berkembang sehingga Sunan Gunung Jati membentuk kerajaan Islam Cirebon. Dengan terbentuknya kerajaan Islam Cirebon, maka Cirebon menjadi pusat perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Jawa Barat.6. Kerajaan BantenPendiri Kerajaan Banten adalah Sunan Gunung Jati dan raja pertamanya adalah Hasanuddin yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Semula wilayah ini termasuk bagian dari Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Banten memiliki hubungan dengan kerajaan Demak. Hasanuddin menikah dengan putri Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak, yaitu Maulana Yusuf dan Pangeran Jepara.Dalam perkembangan selanjutnya, Maulana Yusuf pada 1570 menggantikan ayahnya untuk menjadi raja Kerajaan Banten yang kedua sampai dengan tahun 1580. Setelah itu, dilanjutkan oleh anak Maulana Yusuf (1580-1605), kemudian Abdul Mufakhir, Abu Mali Ahmad Rahmatullah (1640-1651) dan Abu Fatah Abdulfatah yang lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1582). Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa inilah Kerajaan Banten mengalami puncak kejayaan.
x
kerajaan majapahit adalah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293
hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa
kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit
adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Semenanjung Malaya
dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah
Indonesia.Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya,
Borneo, Kepulauan Sulu, Manila (Saludung), hingga Indonesia timur,
meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
Historiografi
Hanya terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit, dan sejarahnya
tidak jelas. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah
Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama
dalam bahasa Jawa Kuno. Pararaton terutama menceritakan Ken Arok
(pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek
mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama
merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di
bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi
tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa
Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak
dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan
mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah
tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural
dalam hal dapat mengetahui masa depan. Namun demikian, banyak pula
sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat
diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya
daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.
Sejarah Berdirinya Majapahit
Sesudah Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada
tahun 1290, Singhasari menjadi kerajaan paling kuat di wilayah tersebut.
Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di
Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[9] ke Singhasari yang
menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir
menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan
merusak wajahnya dan memotong telinganya.
Kublai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun
1293. Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh
Kertanagara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan
pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang
menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka
hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang
namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut.
Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk
bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu
Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya
secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing.[11][12] Saat
itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin
muson agar dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan
lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan
Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu pada
tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa
Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya
Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak
melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet
Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi
untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai
posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak
terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum
mati.[12] Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, adalah penguasa yang jahat dan
amoral. Ia digelari Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Pada
tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu
Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni
memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi pendeta wanita.
Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk
menjadi ratu Majapahit. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit
berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di daerah tersebut.
Tribhuwana menguasai Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350.
Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.
Kejayaan Majapahit
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun
1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya
dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada
(1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377,
beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan
serangan laut ke Palembang,[2] menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan
Sriwijaya.
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan
Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi,
kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan
Filipina[13]. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa
daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah
kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh
perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[14]. Majapahit juga
memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan
Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit
berangsur-angsur melemah. Tampaknya terjadi perang saudara (Perang
Paregreg) pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan
Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yang
dipertengkarkan pada tahun 1450-an, dan pemberontakan besar yang
dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468[7].
Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang
berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun
berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400
Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah
kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh
candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi, raja ke-11
Majapahit, oleh Girindrawardhana.
Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama
sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad
ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada
saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam,
yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia
(Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan
Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa
dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.
Raja-raja Majapahit
Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat
periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8)
dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang
memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
1. Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 - 1309)
2. Kalagamet, bergelar Sri Jayanagara (1309 - 1328)
3. Sri Gitarja, bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 - 1350)
4. Hayam Wuruk, bergelar Sri Rajasanagara (1350 - 1389)
5. Wikramawardhana (1389 - 1429)
6. Suhita (1429 - 1447)
7. Kertawijaya, bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)
8. Rajasawardhana, bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)
9. Purwawisesa atau Girishawardhana, bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)
10. Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa, bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)
11. Bhre Kertabumi, bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)
12. Girindrawardhana, bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)
13. Hudhara, bergelar Brawijaya VII (1498-1518)[24]
Sejarah Singkat Kerajaan Singasari
adalah salah satu kerajaan di Jawa yang letak kerajaanya ada di daerah
Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pendiri kerajaan Singasari
adalah Ken Arok, pada tahun 1222 M. Berdirinya kerajaan singasari ini adalah
berawal dari kerajaan Tumapel yang dikuasai oleh seorang akuwu ( bupati ).
Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Raja
Kertanegara (1268-1292) yang bergelar Maharajadhiraja Kertanegara Wikrama
Dharmottunggadewa.
Ken Arok sebagai raja pertama Kerajaan Singasari bergelar Sri Ranggah Rajasa
Bhatara Sang Amurwabhumi dan dinastinya bernama Dinasti Girindrawangsa (Dinasti
Keturunan Siwa). Pendirian dinasti ini bertujuan menghilangkan jejak tentang
siapa sebenarnya Ken Arok dan mengapa ia berhasil mendirikan kerajaan. Di
samping itu, agar keturunan-keturunan Ken Arok (bila suatu saat menjadi raja
besar) tidak ternoda oleh perilaku dan tindakan kejahatan yang pemah dilakukan
oleh Ken Arok. Raja Ken Arok memerintah pada tahun 1222-1227 M. Masa
pemerintahan Ken Arok diakhiri secara tragis, saat ia dibunuh oleh kaki tangan
Anusapati, yang merupakan anak tirinya (anak Ken Dedes dengan suami pertamanya
Tunggul Ametung). Keruntuhan kerajaan singasari di awali dari Kerajaan
Singasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa dan akhirnya
mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan
Jayakatwang bupati Gelanggelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar,
sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati
terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun
ibu kota baru di Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.
Keberadaan
Kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak ditemukan
di Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab sastra
peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu Prapanca
yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab
Pararaton yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab
Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari kitab
Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui. Sebelum menjadi
raja, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan
Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul
Ametung. Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan
Kadiri yang diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum
Brahmana Kadiri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun
1222 M /1144 C Ken Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami
kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ken Arok yang mengangkat dirinya
sebagai raja Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.
·A. SISTEM
PEMERINTAHAN KERAJAAN SINGASARI
Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini.
Versi pertama adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti
Kudadu. Pararaton menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang
digantikan oleh Anusapati (1247–1249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya
(1249–1250 M), yang diteruskan oleh Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272
M). Terakhir adalah Kertanegara yang memerintah sejak 1272 hingga 1292 M.
Sementara pada versi Negarakretagama, raja pertama Kerajaan Singasari adalah
Rangga Rajasa Sang Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya adalah Anusapati,
yang dilanjutkan Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah Kertanagara
(1254–1292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula Malurung.
1. Ken Arok (1222–1227 M)
Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja
Singasari yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.
Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu
dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra
(Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227 M).
Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri
Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.
·2.
Anusapati (1227–1248 M)
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan
Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak
banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya
menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga
ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa
Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa
(tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat
Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut
keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati.
Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.
·3. Tohjoyo
(1248 M)
Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh
Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak
Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan
bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan
Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana.
·4.
Ranggawuni (1248–1268 M)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri
Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang
diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti.
Ppemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat
Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama
Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi
raja besar di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia
dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di
Candi Waleri sebagai Siwa.
5. Kertanegara (1268-1292 M)
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai
cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268
dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia
dibantu oleh tiga orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu,
dan mahamenteri i sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara,
ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih
Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep
(Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian
perhatian ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu
yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai
Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa ke
Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara.
Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda, Bali,
Bakulapura (Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga menjalin
hubungan persahabatan dengan raja Champa,dengan tujuan untuk menahan perluasaan
kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di
daerah selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan.
Kertanegara menolak dengan melukai muka utusannya yang bernama Mengki. Tindakan
Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan bermaksud menghukumnya
dengan mengirimkan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian besar pasukan
Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka Jayakatwang (Kediri)
menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan dilancarakan dari dua arah,
yakni dari arah utara merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan
merupakan pasukan inti.
·Pasukan Kediri dari arah selatan
dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan berhasil masuk istana dan menemukan
Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar istana. Kertanaga beserta
pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan tersebut. Ardharaja berbalik
memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya berhasil
menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan
bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat
pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah
yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk ditempati. Dengan gugurnya
Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang. Ini berarti
berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang dianutnya,
Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di Candi
Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang
berada di Taman Simpang, Surabaya.
PERKEMBANGAN BUDAYA
Dalam masa kehidupannya yang relatif singkat, yaitu selama 70 tahun
(1222-1292) maka Kerajaan Singasari telah menghasilkan kaiya-karya
budaya yang banyak dan mengagumkan. Karya-karya tersebut berupa candi
maupun Arca-arca yang berada di dalam dan sekitarnya yang apabila
diidentifikasikan atribut-atributnya maka akan dijumpai
karakteristik/ciri-ciri khas seni dari zaman Singasari. Dari sinilah
nanti yang ingin dikembangkan sebagai ciri-ciri khusus Pengantin Malang
Keputren.
Adapun candi-candi serta arca-arcanya yang berasal dari zaman Singasari yang akan dijadikan rujukan:
CANDI KIDAL
Seperti telah diketahui bahwa candi ini merupakan Dharma dari Raja
Anusapati, dalam arca perwujudan sebagai Siwa. Arca Siwa ini sekarang
tidak berada ditempat, namun disimpan di Museum Royal Tropical Institut
di Amsterdam. Sebagai perwujudan dari Dewa maka patung ini memiliki
empat tangan. Tangan kedewataan yaitu dua tangan dibelakang memegang
camara dan aksamala (Tasbih), sedang dua tangan yang didepak (tangan
manusianya) memegang bunga padma. Di kanan kiri patung tersebut terdapat
bunga padma yang sedang mekar yang keluar dari umbinya.
Di atas pintu masuk candi terdapat relief kala yang di atasnya
terdapat tumbuhan yang menggambarkan nirwana yang disebut pohon
parijata. Selain itu di Candi Kidal juga terdapat relief Garuda, yang
menggambarkan salah satu adegan dari cerita Garudeya. Cerita ini
memaparkan peijuangan Garuda untuk membebaskan ibunya yaitu sang Winata
dari perbudakan saudaranya yaitu Kadru Dalam upaya tersebut Garuda
berhasil memperoleh amrta (air kehidupan) sebagai penebus ibunya. Model
hiasan kendi di sini dapat dijadikan sumber untuk peralatan upacara
adat.
CANDI JAJAGHU (JAGO)
Raja Wisnuwardhana di Dharmakan di Candi Jajaghu dalam perwujudan
sebagai Budha. Candi ini diperkirakan selesai dibangun tahun 1280 yaitu
tepat 12 (dua belas) tahun setelah wafatnya. Upacara 12 tahun sesudah
seorang raja wafat disebut upacara Craddha.
Candi ini mengandung unsur sinkretis antara Hindu dan Budha,
karena rellefoya terdapat baik cerita dari agama Hindu (Prathayjna, Arjuna
JViwaha, Kresnayana) maupun cerita dari agama Budha (Kunjarakarna).
Dari penggambaran relief-reliefnya ini didapati keunikan-keunikannya
antara lain terdapatnya tokoh ponokawan yang selalu mendampingi seorang
ksatria, serta bentuk relief yang menyerupai wayang yaitu penggambaran
tokoh dengan badan berbentuk miring yang tiga perempat wajahnya
kelihatan. Dari wajah serta ornamentasi relief-reliefnya dapat
ditelusuri pola asesori yang dipakainya untuk menunjukkan status dari
seorang tokoh.
Selain itu juga terdapat empat arca yang merupakan tokoh dhajani
Budha dan empat tara yaitu Cyamatara, Sudhanakumara, Hayagriva dan
Bhrkuti. Sebagai suatu contoh dapat dikemukakan bahwa pada arca Bhrkuti
adalah memiliki empat tangan. Dua tangan yang didepan (sebagai tangan
manusia) pada tangan yang kiri memegang kamandalu atau kendi. Bentuk
kendinya sangat bagus. Di samping busananya, lipatan kain yang tipis
sangat menakjubkan serta sabuk yang penuh hiasan. Di kanan kiri patung
ini terdapat bunga padma yang sedang mekar yang keluar dari umbinya.
CANDI SINGASARI
Candi ini terletak di Kecamatan Singasari Kabupaten Malang, kurang
lebih 12 km arah utara Kota Malang. Raja Kertanagara setelah wafat
abunya diperabukan di dua tempat yaitu di Candi Jawi di dekat Tretes,
Kabupaten Pasuruan dan yang lain di Candi Singasari.
Candi ini bersifat siwaistis, terlihat dari Dewa dan Dewi keluarga
Siwa yang menghuni bilik-bilik candi yaitu Arca Dewi
Durgamahisasuramardhini, Ganeca, Siwa Mahakala, Siwa Mahaguru (Agastya).
Namun patung-patung ini sekarang tidak ada ditempatnya, sudah lama
diboyong ke museum Leiden di Negeri Belanda, kecuali arca Siwa Mahaguru.
Arca-arca tersebut diambil dari tempatnya tahun 1804 dan di bawa ke
Nederland tahun 1819, sebagai koleksi Museum Leiden untuk menunjukkan
kepada pengunjung-pengunjung Eropa betapa indahnya patung Jawa-Hindu.
Arca-arca yang terdapat di kompleks candi ini pun menunjukkan
tanda-tanda khas Singasari yaitu di kanan kiri tokoh/arca tersebut
terdapat hiasan lotus/bunga padma yang sedang mekar yang keluar dari
umbinya.
Demikian pula arca yang indah yang berasal dari salah satu Candi
Singasari (diperkirakan dahulu Candi Singasari terdiri dari beberapa
Candi) yang dikenal dengan patung Prajnaparamita. Patung ini merupakan
lambang kebijaksanaan dari agama Budha, dengan sikap tangan
Dharmacakramudra (memutar roda dunia). Tanda utama yang lain adalah
sebuah buku yang diletakkan di atas 4otus/padma. Seperti patung-patung
lainnya dari periode
Jawa Timur, patung ini dapat ditafsirkan sebagai patung seorang Raja
Putri, yang dalam kaitan ini dihubungkan dengan tokoh Ken Dedes. Pitung
yang sangat indah ini disimpan di Museum Leiden, namun sejak periode
90-an telah dikembalikan ke Indonesia dan sekarang menjadi penghuni
Museum Pusat Jakarta. Dari patung ini dapat diketahui betapa indahnya
asesori yang melekat pada tubuhnya.
Dari pelbagai sumber di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa tanda-
tanda khas dari periode Singasari adalah bunga padma yang sedang mekar
yang keluar (berasal) dari umbinya bukan dari Vas seperti dari periode
Majapahit. Karenanya Harpi Melati Kabupaten Malang menjadikan ciri khas
ini yaitu bunga padma (lotus) yang keluar dari umbinya dengan segala
variasinya dijadikan dasar untuk mengembangkan tata rias dan tata busana
Pengantin Malang Kaputren.
Kerajaan Kediri adalah pecahan kerajaan Airlangga. pada akhir pemerintahannya, Airlangga kesulitan menunjuk penggantinya. hal ini disebabkan putri mahkota Sanggramawijaya menolak menjadi raja dan lebih memilih menjadi petapa. Kerajaan yang
satunya adalah kerajaan Jenggala. Kedua kerajaan tersebut saling berebut
tahta kekuasaan hingga terjadi perang. Perang itu memakan waktu yang
cukup lama sehingga menenggelamkan kedua kerajaan tersebut. Baru pada
tahun 1117 M kerajaan Kediri muncul kembali.
Letak kerajaan kediri
Letak kerajaan kediri berada di sebelah selatan sungai Brantas
Raja-Raja yang Pernah Memerintah Kediri
raja pertama yang muncul dalam pentas sejarah setelah masa Airlangga
ialah Sri Jayawarsa dengan prasastinya yang berangka tahun 1104 M.
Sistem pemerintahan kerajaan Kediri terjadi beberapa kali pergantian
kekuasaan, Berikut adalah nama-nama raja yang pernah memerintah dan
berkuasa di Kerajaan Kediri:
a). Raja Jayabaya ( 1135-1157 M )
Raja ini merupakan raja Kediri yang paling terkenal. Dalam masa
pemerintahnnya telah diubah sebuah kitab oleh Mpu Sedah dengan nama
Kakawin Baratayudha. Sebelum kitap ini selesai Mpu Sedah meninggal dan
karyanya dilanjutkan oleh Mpu Panuluh hingga selesai. Kitab lain yang di
buat oleh Mpu Panuluh adalah kitab Gatotkacasraya dan kitab Hariwangsa.
Jayabaya merupakan raja kediri ketiga yang digelari Sri Maharaja Sri
Kroncarryadipa Handabhuwanapalaka Parakramanindita Digjayotunggadewanama
Shri Gandra. Raja Kediri paling tersohor adalah Prabu Jayabaya. Dibawah
pemerintahannya Kediri berhasil mencapai kejayaan. Keahlian sebagai
pemimpin politik yang ulung Jayabaya termasyur dengan
ramalan-ramalannya. Ramalan–ramalan itu dikumpulkan dalam satu kitab
yang berjudul jongko Joyoboyo. Dukungan spiritual dan material dari
Prabu Jayabaya dan hal budaya dan kesusastraan tidak tanggung–tanggung.
Sikap merakyat dan visinya yang jauh kedepan telah menjadikan prabu
Jayabaya layak untuk dikenang.
b). Prabu Sarwaswera
Prabu Sarwaswera dikenal sebagai raja yang taat beragama dan berbudaya.
Prabu Sarwaswera memegang teguh prinsip tat wam asi yang artinya
Dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah engkau. Tujuan
hidup manusia menurut prabu Sarwaswera yang terakhir adalah mooksa,
yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah
sesuatu yang menuju kearah kesatuan, segala sesuatu yang menghalangi
kesatuan adalah tidak benar.
c). Prabu Kroncharyadipa
Namanya yang memiliki arti benteng kebenaran, sang prabu memang
senantiasa berbuat adil pada masyarakatnya. Sebagai pemeluk agama yang
taat mengendalikan diri dari pemerintahannya dengan prinsip sad kama
murka, yaitu enam macam musuh dalam diri manusia. Keenam itu antara lain
kroda (marah), moha (kebingungan), kama (hawa nafsu), loba (rakus),
mada (mabuk), masarya (iri hati).
d). Srengga Kertajaya
Srengga Kertajaya dikenal sebagai seorang prabu yang tak henti-hentinya
bekerja keras demi bangsa dan negaranya. Masyarakat yang aman dan
tentram sangat diharapkan olehnya. Prinsip kesucian prabu Srengga
menurut para dalang wayang dilukiskan oleh prapanca.
e). Pemerintahan Kertajaya
Kertajaya merupakan raja terakhir pada masa Kerajaan Kediri. Kertajaya
adalah raja yang mulia serta sangat peduli dengan rakyatnya. Kertajaya
dikenal dengan catur marganya yang memiliki arti empat jalan yaitu
darma, arta, kama, moksa.
Karya Sastra dan Prasasti Pada Zaman Kerajaan Kediri
Prasasti pada Jaman Kerajaan Kadiri diantaranya adalah:
a. Prasasti Banjaran yang berangka tahun 1052 M
Menjelaskan kemenangan Kerajaan Kediri atas Jenggala
b. Prasasti Hantang tahun 1135 atau 1052 M
Menjelaskan Kerajaan Kediri pada masa Raja Jayabaya. Pada prasasti ini
terdapat semboyan Panjalu Jayati yang memiliki arti Kediri Menang.
Prasasti ini di keluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah untuk
penduduk Desa Ngantang yang setia pada Kediri selama perang dengan
Jenggala. Dan dari Prasasti tersebut dapat di ketahui jika Raja Jayabaya
adalah raja yang berhasil mengalahkan Janggala dan mempersatukannya
kembali dengan Kediri.
Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Kediri. Pada
tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan
oleh Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi
kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya
atas Janggala.
Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan
Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman pemerintahan Sri
Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana.
Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu
Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis
Kresnayana.
Di samping kitab sastra maupun prasasti di atas, juga ditemukan berita
China yang banyak memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan
pemerintahan Kediri yang tidak ditemukan dari sumber yang lain. Berita
Cina tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-mai-tai-ta yang
ditulis oleh Cho-ku-Fei tahun 1178 M dan kitab Chu-Fan-Chi yang ditulis
oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M
Negara kerajaan sriwijaya
5. Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Sejarah Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan besar yang terletak di pulau Sumatera
tepatnya Sumatera Selatan (Sumsel) dan banyak memberi pengaruh di
Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand
Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan.
Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan
wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya
bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal mengenai
keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta
Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.
Kerajaan Sriwijaya
Pada awalnyaSriwijaya hanya kerajaan kecil. Sriwijaya
berkembang menjadi kerajaan besar setelah dipimpin oleh Dapunta Hyang.
Dapunta Hyang berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menaklukkan
kerajaan-kerajaan di sekitarnya.
Sumber Sejarah kerajaan Sriwijaya
berupa prasasti dan berita Cina. Sumber yang berupa prasasti terdiri
atas dua, yaitu prasasti yang berasal dari dalam negeri dan prasasti
yang berasal dari luar negeri. Prasasti yang berasal dari dalam negeri
antara lain: prasasti Kedukan Bukit (683 m), Talang Tuwo (684 m), Telaga
Batu (683), Kota Kapur (686), Karang Berahi (686), Palas Pasemah dan
Amoghapasa (1286). Sementara itu, prasasti yang berasal dari luar negeri
antara lain; Ligor (775), Nalanda, Piagam Laiden, Tanjore (1030 M),
Canton (1075 M), Grahi (1183 M) dan Chaiya (1230). Begitu pula sumber
naskah dan buku yang berasal dari dalam negeri adalah kitab Pararaton,
sedangkan dari luar negeri antara lain kitab memoir dan record karya
I-Tsing, Kronik dinasti Tang, Sung, dan Ming, kitab Lingwai- tai-ta
karya Chou-ku-fei dan kitab Chu-fon-chi karya Chaou- fu hua.
Para sejarawan masih berbeda pendapat tentang Sriwijaya yaitu
awal berkembang dan berakhirnya serta lokasi ibu kotanya. Menurut
Coedes, Sriwijaya berkembang pada abad ke-7 di Palembang dan runtuh pada
abad ke-14. Pendapatnya didasarkan pada ditemukannya toponim Shih Li Fo
Shih dan San Fo Tsi. Menurutnya Shih Li Fo Shih merupakan perkataan
Cina untuk menyebut Sriwijaya. Sementara itu, San Fo Tsi yang ada pada
sumber Cina dari abad ke-9 sampai dengan abad ke-14 merupakan kependekan
dari Shih Li Fo Shih. Slamet Mulyana berpendapat lain, dia setuju
dengan pendapat Coedes yang menganggap bahwa Shih Li Fo Shih adalah
Sriwijaya, namun San Fo Tsi tidak sama dengan Shih Li Fo Shih.
Menurutnya Sriwijaya berkembang sampai abad ke-9, dan sejak itu
Sriwijaya berhasil ditaklukkan oleh San Fo Tsi (Swarnabhumi).
Mengenai ibu kota Sriwijaya, para ahli mendasarkan pendapatnya
pada daerah yang disebutkan dalam prasasti Kedukan Bukit yaitu Minanga.
Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 604 saka (682 M) ditemukan di
daerah Kedukan Bukit, di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang.
Isi prasasti Kedukan Bukit, adalah sebagai berikut:
Pada tahun saka 605 hari kesebelas bulan terang bulan waiseka dapunta
hyang naik di perahu mengadakan perajalanan pada hari ketujuh bulan
terang. Bulan jyestha dapunta hyang berangkat dari minanga. Tambahan
beliau membawa tentara dua laksa (20.000), dua ratus koli di perahu,
yang berajalan darat seribu, tiga ratus dua belas banyaknya datang di
mukha upang, dengan senang hati, pada ghari kelima bulan terang bulan
asada, dengan lega gembira datang membuat wanua ... . perajalanan jaya
sriwijy memberikan kepuasan.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa Balaputra Dewa.
Raja ini mengadakan hubungan persahabatan dengan Raja Dewapala Dewa
dari India. Dalam Prasasti Nalanda disebutkan bahwa Raja Dewapala Dewa
menghadiahkan sebidang tanah untuk mendirikan sebuah biara untuk para
pendeta Sriwijaya yang belajar agama Buddha di India. Selain itu, dalam
Prasasti Nalanda juga disebutkan bahwa adanya silsilah Raja Balaputra
Dewa dan dengan tegas menunjukkan bahwa Raja Syailendra (Darrarindra)
merupakan nenek moyangnya KEHIDUPAN EKONOMI Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar di
Indonesia pada masa silam. Kerajaan Sriwijaya mampu mengembangkan diri
sebagai negara maritim yang pernah menguasai lalu lintas pelayaran dan
perdagangan internasional selama berabad-abad dengan menguasai Selat
Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Setiap pelayaran dan perdagangan
dari Asia Barat ke Asia Timur atau sebaliknya harus melewati wilayah
Kerajaan Sriwijaya yang meliputi seluruh Sumatra, sebagian Jawa,
Semenanjung Malaysia, dan Muangthai Selatan. Keadaan ini juga yang
membawa penghasilan Kerajaan Sriwijaya terutama diperoleh dari komoditas
ekspor dan bea cukai bagi kapalkapal yang singgah di
pelabuhan-pelabuhan milik Sriwijaya. Komoditas ekspor Sriwijaya antara
lain kapur barus, cendana, gading gajah, buah-buahan, kapas, cula badak,
dan wangi-wangian. Faktor- yang mendorong Sriwijaya muncul menjadi
kerajaan besar adalah sebagai berikut.
Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan.
Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui Asia Tenggara.
Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina. Dengan runtuhnya Funan
memberikan kesempatan kepada Sriwijaya untuk berkembang sebagai negara
maritim menggantikan Funan.
Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan
perdagangan di perairan Asia Tenggara dan memaksanya singgah di
pelabuhan-pelabuhan.
KEHIDUPAN KEAGAMAAN
Dalam bidang agama, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha
yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang
berkembang di Sriwijaya ialah aliran Mahayana dengan salah satu tokohnya
yang terkenal ialah Dharmakirti.
RUNTUHNYA KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya mundur sejak abad ke-10 disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
Perubahan keadaan alam di sekitar Palembang. Sungai Musi, Ogan
Komering, dan sejumlah anak sungai lainnya membawa lumpur yang
diendapkan di sekitar Palembang sehingga posisinya menjauh dari laut dan
perahu sulit merapat.
Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu
kurang strategis lagi kedudukannya sebagai pusat perdagangan nasional
maupun internasional. Sementara itu, terbukanya Selat Berhala antara
Pulau Bangka dan Kepulauan Singkep dapat menyingkatkan jalur perdagangan
internasional sehingga Jambi lebih strategis daripada Palembang.
Dalam bidang politik, Sriwijaya hanya memiliki angkatan laut yang
diandalkan. Setelah kekuasaan di Jawa Timur berkembang pada masa
Airlangga, Sriwijaya terpaksa mengakui Jawa Timur sebagai pemegang
hegemoni di Indonesia bagian timur dan Sriwijaya di bagian barat.
Adanya serangan militer atas Sriwijaya. Serangan pertama dilakukan
oleh Teguh Dharmawangsa terhadap wilayah selatan Sriwijaya (992) hingga
menyebabkan utusan yang dikirim ke Cina tidak berani kembali. Serangan
kedua dilakukan oleh Colamandala atas Semenanjung Malaya pada tahun 1017
kemudian atas pusat Sriwijaya pada tahun 1023 – 1030. Dalam serangan
ini, Raja Sriwijaya ditawan dan dibawa ke India. Ketika Kertanegara
bertakhta di Singasari juga ada usaha penyerangan terhadap Sriwijaya,
namun baru sebatas usaha mengurung Sriwijaya dengan pendudukan atas
wilayah Melayu. Akhir dari Kerajaan Sriwijaya adalah pendudukan oleh
Majapahit dalam usaha menciptakan kesatuan Nusantara (1377).
HINDU-BUDHA DI INDONESIA, SERTA BERBAGAI PENINGGALANNYA.
(Pertemuan ke-2)
Tahukah kamu, bahwa kerajaan Hindu - Budha tumbuh dan berkembang sejak
awal abad masehi dan tersebar di beberapapulau di nusantara. Berikut
akan diuraikan perkembangan kerajaanHindu dan Budha.
1.kerajaan kutai
Letak Kerajaan Kutai adalah di Kalimantan Timur daerahMuara Kaman di
tepi sungai Mahakam. Kutai merupakankerajaan pertama di Indonesia.
Kerajaan Kutai terletak diKalimantan Timur daerah Muara Kaman di tepi
sungai Mahakam. Peninggalan dari Kutai adalah 7 (tujuh) prasasti
yangditulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta.Semua
prasastinya tertulis pada Yupa, yaitu tugudari batu yang berfungsi
sebagai tiang untuk menambatkanhewan yang akan dikorbankan. Dalam Yupa
Kutai itu dapatkita ketahui tantang:
a. Berisi silsilah : Kundungga berputera Acwawarman yangseperti dewa
matahari. Acwawarman berputera tiga – seperti api tiga. Dari ketiga
putra tersebut, Mulawarman raja yang baik, kuat dan kuasa. Sang
Mulawarman telah mengadakankenduri (selamatan), mengadakan korban, maka
didirikanlah
tugu oleh para Brahmana.
b. Tempat sedekah : Sang Mulawarman, raja yang muliadan terkemuka telah
memberi sedekah 20.000 ekor lembukepada para Brahmana di tempat tanah
yang sangat suci“Waprakecvara”.
c. Macam-macam sedekah yang lain seperti : wijen, malai bunga,lampu dan lain-lain.
Dari berita prasasti-prasasti tersebut dapat diketahuibagaimanakah keadaan sosial, ekonomi dan pemerintahandi Kutai.
a. Raja Mulawarman disebut sebagai raja yang terbesar di Kutai,sebab menaklukkan raja-raja sekitarnya.
b. Segi sosial, masyarakat mengenal kasta-kasta karena pengaruhIndia.
Keluarga Kundungga pernah melakukan upacaraVratyastoma, yaitu upacara
penyucian diri untuk masukpada kasta Ksatria.
c. Segi ekonomi : disebutkan raja menghadiahkan 20.000 ekorlembu,
berarti peternakan maju, begitupun dalam bidangpertanian, karena Kutai
terletak di tepi sungai. Dengandemikian Kutai merupakan kerajaan yang
makmur.
Namun perlu dicatat bahwa Kutai ini luput dari perhatian Cina.
prasasti yang berbentuk yupa atau tiang batu berjumlah tujuh buah itu ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.
2. kerajaan tarumanegara
Letak kerajaan Tarumanegara adalah di Jawa Barat diantaratiga daerah,
Karawang – Jakarta - Bogor. Peninggalannyatujuh prasasti berhuruf
Pallawa berbahasa Sansekerta. Tidakberangka tahun, dilihat dari langgam
hurufnya atau bentukhurufnya prasasti tersebut ditulis ± abad V M.
Sumbernya : prasasti dan berita dari luar negeri, terutama dari Cina.
Namaketujuh prasasti tersebut yaitu :
a. Prasasti Ciaruteun
b. Prasasti Kebon Kopi
c. Prasasti Pasir Jambu
d. Prasasti Tugu
e. Prasasti Pasir Awi.
f. Prasasti Muara Cianten.
Di samping prasasti tersebut, juga ada berita Cina yangmenggambarkan
keadaan di wilayah nusantara. Beritaitu berasal dari musafir Cina yaitu
Fa-Hein. Berita Cinamenyebutkan adanya kerajaan bernama To-lo-mo.
Kerajaan
ini beberapa kali mengirim utusan ke Cina.Berdasarkan sumber-sumber
mengenai kerajaan Tarumatersebut, dapat diketahui bagaimana keadaan :
a. Pemerintahan dan kehidupan masyarakat.
1). Kerajaan Taruma yang berkembang lebih kurang padaabad V M.
2). Rajanya yang terkenal Purnawarman.
3). Penganut agama Hindu, aliran Vaisnawa.
4). Memerintah dalam waktu cukup lama yangdisebutkan
5). Terkenal sebagai raja yang dekat dengan Brahmana, danmemikirkan kepentingan rakyat (penggalian sungaiGomati).
b. Segi Sosial : kehidupan rakyatnya aman dan tenteram.
c. Segi ekonomi : pertanian merupakan mata pencaharian yangpokok.
d. Perdagangan berkembang pula. Sudah mengenalpenanggalan (tanggal 8
paro petheng bulan Palguna sampaitanggal 13 paro terang bulan Caitra).
e. Perekonomian maju, raja memberikan sedekah 1.000 ekorlembu pada para Brahmana.
3. kerajaan mataram kuno
Sistim Negara Kerajaan Mataram Kuno Sebagai Kerajaan Hindu Buddha
Dari beberapa negara kerajaan hindu yang ada diindonesia, bisa jadi hanya Kerajaan Mataram Kuno
yang memiliki sumber sejarah paling lengkap. Karena, selain
ditemukannya prasasti juga didukung dengan penemuan beragam bentuk
candi. Dari berbagai sumber sejarah tersebut, kita bisa mendeskripsikan
bagaimana kehidupankerajaan mataram kuno.
a. kehidupan politik
Menurut prasasti Canggal, raja yang mula-mula memegang kekuasaan Kerajaan Mataram adalah Sanna, kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Sementara itu, silsilah raja-raja Mataram dimuat di dalam prasasti Mantyasih, yang ditemukan di daerah Kedu. Menurut prasasti yang berangka tahun 907 M itu, raja Mataram secara urut adalah Raja
Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai
Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, dan Rakai
Watukura Dyah Balitung. Raja-raja tersebut berasal dari wangsa Sanjaya.
Kerajaan Mataram diperintah oleh dua dinasti yaitu Swangsa Sanjaya (Hindu Syiwa) dan wangsa syailendra (Buddha).
Raja-raja yang berasal dari wangsa Syailendra antara lain Bhanu, Wisnu,
Indra, dan Samaratungga atau Samagrawira. Kedua dinasti itu akhirnya
menyatu setelah terjadi pernikahan antara Rakai Pikatan dengan Pramodwawardhani (putri dari Samaratungga).
Sementara
itu, putra Samaratungga yang lain yaitu Balaputradewa menyingkir ke
Sriwijaya setelah gagal merebut kekuasaan Mataram. Kekuasaan Mataram
kemudian dipegang oleh dinasti Sanjaya hingga abad X di bawah Raja Wawa.
Inilah saat Mataram mengalami masa surut dan pindah ke Jawa Timur di
bawah Mpu Sendok.
b. kehidupan sosial budaya
Prasasti
Canggal yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir itu juga
menceritakan pendirian lingga (lambang Syiwa) di Desa Kunjarakunja oleh
Raja Sanjaya. Sementara itu, menurut prasasti Kalasan, Raja Panangkaran
mendirikan bangunan suci untuk Dewi Tara dan biara untuk pendeta. Raja
Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para sanggha. Bangunan
yang tertera di dalam prasasti Kalasan itu adalah Candi Kalasan.
Sementara
itu, menurut prasasti Klurak yang ditemukan di Prambanan, Raja Indra
yang bergelar Sri Sanggramadananjaya membuat arca Manjusri (candi Sewu).
Keberadaan Kerajaan Mataram juga didukung oleh sejumlah bukti berupa candi. Misalnya, kompleks candi di Pegunungan
Dieng, Candi Gedong Songo (Jawa Tengah bagian utara), Candi Borobudur,
Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sambisari (Jawa
Tengah bagian selatan).
c. kehidupan ekonomi
Dalam
kehidupan bidang perekonomian, tidak disebutkan dalam berbagai prasasti
yang berhasil ditemukan. Hanya saja, ditilik dari posisinya, Kerajaan
Mataram terletak di pedalaman. Daerahnya dikelilingi oleh sungai-sungai
besar seperti Progo, Elo, Bogowonto, dan Bengawan Solo. Letak itu
menyebabkan tanahnya subur dan padat penduduknya. Dalam perkembangannya,
Raja Balitung mengembangkan kehidupan pelayaran dengan memanfaatkan Sungai Bengawan Solo.